Cita-Cita dan Masa Depan
Sebelum menulis ini, aku sering nanya ke kalangan remaja SMA, soal cita-cita dan masa depan mereka. “Abis
lulus SMA, mau ngapain?” Spontan mereka jawab, “Kuliah, kak.” Oke. Ketika ditanya
lagi, “Kuliah jurusan apa?” Nggak sedikit dari mereka yang jawab nggak tau. “Terus
abis kuliah, mau ngapain?” Mostly, mereka jawab, “Kerja.” Tapi nggak
sedikit juga dari mereka yang jawab abis kuliah S1 selesai, mereka akan lanjut
S2. Hmmmmm..... bhaiqlah~
Aku juga sempat nanya ke mereka soal tujuan mereka kuliah, seperti kenapa
sih kuliah, untuk apa mereka kuliah, biar apa repot-repot kuliah, apa yang
mereka harapan dari kuliah, dan lain-lain. Lagi-lagi, most of them menjawab
bahwa tujuan mereka kuliah adalah biar mereka punya title di belakang
nama, jadi nantinya CV mereka bisa lebih keren dibanding teman-teman mereka
yang nggak kuliah.
Tujuan yang lain adalah mereka merasa pingin bisa ‘lebih dianggap’ oleh
masyarakat sekitar mereka. Karna seperti yang mereka lihat bahwasanya orang
yang berpendidikan tinggi itu jauh lebih dihargai dan lebih dianggap ada
ketimbang orang yang pendidikannya mentok di SMA.
Di samping itu banyak dari remaja SMA yang beranggapan bahwa kuliah sebagai
kunci kesejahteraan diri mereka dan keluarga mereka. Karna seperti yang mereka
saksikan di sekeliling mereka bahwa keluarga yang anaknya bisa berpendidikan
tinggi, otomatis derajat keluarganya akan terangkat. Yah.. begitulah kurang lebih pendapat dari sebagian besar anak-anak SMA
soal kuliah.
***
In this time, aku mau sharing pendapat aku mengenai tujuan
kuliah. Mungkin akan sedikit membantu mencerahkan pandangan kalian soal dunia perkuliahan dan masa depan.
Jaman aku seumuran mereka, seperti anak-anak SMA pada umumnya, aku sama
sekali nggak ngerti apa sih tujuan kuliah, buat apa kuliah, kenapa harus
kuliah, di kuliahan tuh ada jurusan apa aja yang bisa dipilih, etc. Waktu
itu nggak ada bayangan sama sekali, nggak ada sedikit pun yang terlintas di
kepalaku soal kuliah, gimana dunia perkuliahan, dan apa yang bisa didapatkan
dari kuliah. Gelap banget rasanya.
Saat itu aku cuma tau satu jurusan yang berhasil menarik perhatianku untuk
kuliah bahkan sampai detik ini. Seperti di tulisanku sebelumnya, jurusan itu
adalah arsitektur.
Sampai akhirnya waktu aku kelas akhir di tingkat SMA itu aku mulai searching
kampus mana yang ada jurusan itu dan aku harus berupaya gimana kek caranya
supaya bisa keterima di sana dengan jurusan yang aku mau. Aku sangat amat
terobsesi dengan jurusan arsitektur itu.
Aku berusaha semaksimal mungkin buat masuk jurusan IPA, supaya aku bisa
masuk di jurusan arsitektur nantinya. Karna waktu awal aku mulai duduk di
bangku SMA itu aku sempat ngobrol-ngobrol gitu sama wali kelasku. Dan beliau
bilang, kalau mau kuliah arsitektur, maka harus ambil jurusan IPA, soalnya
jurusan arsitektur itu kebijakannya mirip sama kedokteran, keduanya nggak
ngambil mahasiswa yang lintas jurusan.
Waktu itu, Ummi bilang ke aku; “Maksimalkan usahamu dalam mencapai apapun
yang menjadi keinginanmu, tapi jangan lupa berdoa sama Allah supaya diberikan
yang terbaik untuk kamu.” Sejak saat itu, aku mulai serius belajar matematika,
fisika, kimia, biologi supaya bisa keterima di jurusan IPA sampai akhirnya aku
ikut tes jurusan dan finally aku lolos jadi anak IPA.
Mulai ikut banyak kegiatan terkait jurusan supaya bisa punya banyak
sertifikat yang nantinya bisa dilampirkan ketika mau masuk kuliah. Dan secara
nggak langsung juga dengan terlibat di banyak even, aku jadi bisa lebih banyak
belajar dan peluang aku untuk bisa melihat dunia lebih dekat akan semakin
terbuka. Ikut lomba sana sini. Olimpiade MIPA aja berkali-kali aku ikutin.
Pada saat itu yang ada di pikiranku cuma satu. “Aku harus bisa jadi
arsitektur hebat”.
Terlebih, karna aku nggak tau ada jurusan apa lagi di perkuliahan yang
sangat mungkin aku capai, jadi yaa fokusku hanya di satu jurusan itu aja.
Yang terbayang di kepalaku saat itu bahwa siklus kehidupan hanya sekadar
sekolah, kuliah, kerja, nikah, punya anak, dan kalau semuanya dilakukan sesuai
dengan rencana yang lo buat maka lo udah termasuk orang yang berhasil.
Setelah lulus SMA, pola pikirku perlahan berubah.
Setelah aku tergabung di masyarakat, melihat sendiri bagaimana perputaran
roda kehidupan, akhirmya aku bisa menyimpulkan bahwa perjalanan sampai menuju
terwujudnya rencana yang lo buat ternyata nggak sesimpel itu.
Aku sadar bahwa ternyata lika liku kehidupan nggak segampang itu untuk
dilalui. Dan karna hakikat manusia adalah sebagai makhluk sosial, maka apa yang
kita rencanakan sering kali bergesekan bahkan nggak sejalan dengan penilaian
orang lain. Pun nggak menutup kemungkinan, gesekan dan penolakan itu hadir dari
orang terdekat kita. Apalagi di mindset mayoritas orang udah tertanam
bahwa mereka yang punya masa depan baik adalah mereka yang sukses di kemudian
hari dan memiliki uang dari hasil jerih payahnya.
Lo dikatakan sukses, ketika lo lulus kuliah kemudian lo kerja dan lo dapetin uang banyak dari kerjaan lo.
Lo dikatakan sukses, ketika lo lulus kuliah kemudian lo kerja dan lo dapetin uang banyak dari kerjaan lo.
Lo merasa sukses, ketika lo bisa menghasilkan uang sekian juta perbulan, lo
bisa ke luar negeri kapan pun lo mau.
Social preassrure kayak gitu tuh bakal ada terus, memang. Ketika
aku merasa sudah berani berkomitmen dengan tujuan hidupku, pasti bakalan ada
aja preassrure dari kanan kiri.
“Lo nggak bisa gitu, lah.”
“Lo nggak bisa terlalu abstrak gitu.”
“Hidup tuh harus realistis.”
“Kita selalu butuh uang buat bisa bahagia.”
Bla bla bla
Mungkin ada dari kalian yang juga merasakan, ketika kalian mimpi, kalian punya
cita-cita, tapi menurut orang-orang, cita-cita kalian tuh nggak akan menolong
kalian untuk earning a lot of money.
Tapi, buatku pribadi, uang bukan segalanya dan uang juga nggak bisa
dijadikan sebagai ukuran sukses seseorang. Terlebih Allah memberikan aku jiwa
kemanusiaan yang lebih besar. Nggak tegaan ngeliat orang-orang susah, nggak
sanggup ngeliat orang-orang yang kurang mampu harus mengemis karna mereka nggak
punya modal untuk bisa usaha.
Aku merasa, dunia makin nggak adil aja kalau semua orang-orang yang mampu
berpendidikan tinggi malah lebih memprioritaskan pendidikannya untuk
kesuksesannya sendiri. Egois. Maka, tujuan kuliah buat aku adalah untuk bisa membantu
sesama melalui uluran tanganku.
Jujur, menurutku emang agak susah juga buat mencari sisi balancenya,
karna di satu sisi kita harus hidup realistis, tapi di sisi lain kita juga
harus kayak kuda gitu, loh.. kuda kan pandangannya selalu lurus-lurus aja kan.
Nah, kamu udah punya tujuan, yaudah kamu tinggal jalanin aja apa yang bisa
mengantarkan kamu untuk sampai di tujuan itu, lurusin niat, banyakin usaha,
banyakin doa, nggak usah peduliin komentar dari kanan kiri. Itu challengenya
disitu, sih.
Terus harus gimana nih ketika preassrure itu mulai berdatangan dari
kanan kiri kita? Aku pribadi berusaha balik lagi ke niat awal, mencoba menyadarkan
diri sendiri gimana tujuan awalnya. Satu hal lagi yang aku pelajari adalah
terus-terusan aku bilang ke diri sendiri jangan ngasih makan ego sendiri.
Gini maksudnya, kita kan sebagai manusia pastinya punya hawa nafsu ya. Banyak mau. Pingin
ini, pingin itu. Dan again, kita nggak bisa membatasi itu semua.
Ketika kalian di usia SMA dan ngeliat teman-teman kalian yang udah punya goals, mereka udah tau juga abis lulus mau ngapain, nanti mau kuliah apa, lalu mau kerja
dimana, sedangkan kalian belum kebayang sama sekali soal itu semua, nggak
masalah sebenernya. It's ok.
Inhale a deep breath and take your time guys...
Inhale a deep breath and take your time guys...
Kenalin diri kalian dulu, kenalin tujuan
diri sendiri dulu. Jangan pernah ngerasa takut. Hidup ini tuh penuh dengan challenge.
Jangan cuma diem aja di zona nyaman. Coba keluar, lihat sekitar, pasti
kalian akan menemukan sesuatu yang lebih besar di luar ekspektasi kalian
sebagai manusia biasa.
Dan inget, sebenernya kalau kalian ngeliat kanan kiri kalian udah tau
banget mau ngapain, nobody knows what their doing actually. We all have no
experiences in life. Kita disini, di dunia ini tuh sama-sama first time.
Satu lagi, ketika kalian udah tau mau kemana arah tujuan kalian, mau
seperti apa masa depan kalian, tapi kalian tau kalau dari tujuan kalian itu
kalian nggak akan dapat sesuatu yang banyak, jangan ngerasa takut miskin. Karna
kita tuh makhluk dari Dzat Yang Maha Kaya. Ciailaaaaaaaahhh..... Tapi beneran,
beneran.
Sekian.
Semoga bermanfaat.
Comments
Post a Comment