Because Sharing is Caring
Tulisan ini aku pindahin dari note handphone ku.
Sudah hampir ratusan bahkan ribuan kali aku mendengar
kalimat "Ramadan tahun ini datang dengan suasana berbeda dari Ramadan
tahun-tahun sebelumnya." Kalau dibilang bosen sih bosen. Secara berulang
kali denger kalimat yang sama di telinga. Hehe
Aku pribadi memaknai Ramadan tahun ini adalah dengan mencoba
memandang dari sisi positifnya. Kalau di Ramadan sebelumnya kan kita terkesan
cuek ya. Ibadahnya kurang, karna masih harus banyak berinteraksi dengan
berbagai macam urusan di luar sana, dan Ramadan tahun ini Allah pengen kita semua
bisa fokus memperbanyak ibadah dengan mengikuti imbauan pemerintah untuk stay
at home.
Bukan Ramadan yang berbeda, tapi Ramadan yang istimewa!
Kalau di Ramadan sebelumnya kita sibuk dengan ajakan bukber
sana sini, dan malah kerepotan sendiri dengan shalat magribnya karna
dimana-mana pasti rame banget dan mushalah di tempat-tempat umum selalu penuh
saat jam buka puasa.
Bahkan gak sedikit juga orang yang rela berkorban untuk gak
kebagian shalat magrib demi memenuhi ajakan temannya untuk buka puasa di
sejumlah restoran. Astagfirullah..
Saat itu Ramadan yang hadir dalam sebulan penuh rasanya
malah kurang. Bukan karna nikmatnya menjalani ibadah, tapi karna padatnya
jadwal bukber yang setiap hari ada.
Berangkat dari jam 14.00 siang biar gak kena macet di jalan.
Lebih memilih thawaf keliling Mall sambil ngobrol-ngobrol bareng teman. Booking
meja ukuran besar sesuai kapasitas jumlah teman yang akan hadir hari itu dari
habis ashar. Padahal buka puasanya masih sekitar 3 jam lagi. Pesan makanan dalam jumlah banyak dan akhirnya gak habis. Mubadzir.
Pernah terlintas gak sih dalam benak teman-teman semua, kalau kehadiran Ramadan tahun ini
hadir berbeda dengan Ramadan sebelumnya adalah karna sebetulnya Allah rindu
dengan hangatnya ibadah kita di sepanjang bulan suci Ramadan?
Atau malah ngomel-ngomel dan ngedumel gak jelas sama Allah,
karna dengan situasi seperti ini jadi gak bisa bukber sama teman-teman?
Jawabannya cukup di dalam hati masing-masing aja.
Hari ini dimana kita semua sudah memasuki dua bulan stay at
home. Physical distancing bahkan sudah nggak asing lagi buat kita.
Yap! Ramadan kali ini diuji pandemi!
Ada satu keadaan yang semakin hari semakin miris dirasakan
oleh sebagian orang, atau mungkin ada teman-teman yang juga termasuk merasakan
kemirisan seperti yang mereka rasakan?
Sore itu, entah kenapa aku memberanikan diri untuk
menyampaikan keinginanku ke orangtua, supaya diridhoi dan jalannya mudah.
"Mi, kakak mau berbagi."
"Kakak mau berbagi dalam bentuk apa? Makanan? Minuman?
Pakaian? Atau apa? Biar Ummi bantu."
"Makanan, Mi."
"Jumlahnya mungkin gak banyak bagi kita, tapi bagi
mereka ini lebih dari sebuah anugerah terindah dalam hidupnya."
"Masyaallah kak."
Kenapa aku milih berbagi makanan?
Tertulis dalam sebuah hadits, "Siapa memberi makan bagi
orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut,
tanpa mengurangi sedikit pahala dari orang yang berpuasa itu juga." (HR.
Tirmidzi).
Sejak awal Ramadan, terlebih dalam situasi seperti saat ini banyak lahir para pedagang dadakan. Dipinggir jalan banyak dijumpai ibu-ibu tua yang dagang kolak pisang sambil bawa anaknya yang bahkan masih bayi.
Sejak awal Ramadan, terlebih dalam situasi seperti saat ini banyak lahir para pedagang dadakan. Dipinggir jalan banyak dijumpai ibu-ibu tua yang dagang kolak pisang sambil bawa anaknya yang bahkan masih bayi.
Diatas gelaran tikar yang gak seberapa lebar mereka duduk
sambil berharap ada pembeli yang datang. Bahkan gak jarang mereka pulang
membawa kembali kolak pisang yang belum laku terjual sampai waktu magrib tiba.
Uang yang didapat dari jualan kolak pisang setiap hari juga
pastinya gak seberapa. Harus dibagi juga buat keperluan anak-anaknya. Beli
popok bayi, susu formula, dan lain-lain. Belum lagi harus ngasih makan
anak-anaknya. Sahur dan buka puasa pun belum tentu bisa ketemu nasi.
Laa yukallifullahu nafsan illa wus'ahaa.. Allah tidak akan
membebani seorang hamba di luar batas kemampuannya. (QS. Al-Baqarah : 286)
Banyak pula pengemudi ojek online yang juga harus kehilangan
penumpangnya karna tengah berlangsungnya physical distancing kali ini. Mereka
yang dalam sehari bisa antar-jemput penumpang bolak-balik, sekarang dapat satu
penumpang aja belum tentu.
Hingga akhirnya mereka yang sebagian besar sebagai kepala
keluarga dengan tanggung besar untuk menafkahi anak dan istrinya di rumah, kini
berupaya menambah penghasilan harian mereka dengan berjualan air mineral di
pinggir jalan setiap menjelang buka puasa.
Tapi lagi-lagi, uang yang diterima mereka gak seberapa,
Karena orang-orang juga tengah menjaga dirinya dari segala bentuk sentuhan
sosial kepada dirinya.
Dijumpai pula para pemulung yang harus tetap bekerja demi
menghidupi keluarganya. Berpakaian lusuh, berjalan setengah payah dengan sebuah
karung di bahunya sambil menggendong anaknya yang masih usia balita.
Mereka, para pekerja harian yang harus bekerja dengan hasil
pendapatan hari itu untuk makan hari itu juga kini harus kekurangan jumlah
pemasukan. Tapi, Allah gak pernah libur dalam memberkahi bulan yang Ramadan
sebagai bulan yang penuh berkah. Bagaimanapun caranya, darimanapun datangnya,
bantuan selalu datang untuk mereka yang mau berusaha.
Innallaha laa yughoyyiru maa biqoumin hatta yughoyyiru maa
bi-anfusihim... Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum sampai
sampai mereka mengubah keadaannya sendiri. (QS. Ar Ra'd : 11)
Allah tidak pernah tidur, Allah selalu menyaksikan apa yang
mereka upayakan di muka bumi ini. Dan sebagaimana janji Allah, kemudahan pasti
akan Allah datangkan bagi mereka yang mau berusaha. Jika bukan dari hasil jerih
payah yang dilaluinya, maka dari uluran tangan orang lain.
Sebetulnya banyak sekali penggalangan dana, gerakan sosial,
open donation bagi orang-orang yang terkena dampak physical distancing yang
banyak beredar di sosial media. Aku bisa tinggal transfer sejumlah uang dan
kemudian tim gerakan sosial itulah yang bergerak membagikan bantuan kepada
mereka yang membutuhkan. It's so simple, right?
Tapi berbeda denganku. Aku ingin melaksanakannya langsung. Aku ingin menyaksikan momen bahagia mereka saat menerima bantuan langsung dari tanganku.
***
Hari itu, Sabtu (9/5) aku bersama Ummi dan seorang adikku
turun ke jalan.
Kami berbagi makanan buka puasa untuk mereka. Kalau dilihat
dari harganya memang tidak seberapa jika dibandingkan dengan raut bahagia yang
tampak pada wajah mereka saat menerima makanan yang kami bagikan. Air mataku
tidak terbedung menahan tangis haru dan bahagia karna bisa berbagi bersama
mereka.
Kalaulah ada kalimat melebihi Alhamdulillah yang bisa
kuucapkan sebagai bentuk terima kasihku kepada Allah, akan kuucapkan saat itu
juga.
"Ayo kakak berdoa. Apa yang kakak cita-citakan. Apa
harapan terbesar kakak. Allah menyaksikan amal baik kakak hari ini. Dan semoga
Allah memberkahi rezeki yang kakak keluarkan untuk mereka semua."
Rasanya, udah gak mau minta apa-apa lagi sama Allah.
Aku nangis sejadi-jadinya. Aku bersyukur di tengah situasi
pandemi seperti saat ini justru masih bisa berbagi kebahagiaan untuk sesama.
Aku hanya berharap supaya Allah meridhoi jalan hidupku, hingga tiba waktunya
aku kembali pulang.
Terima kasih Yaa Allah karna telah menitipkan rezeki mereka
kepadaku.
Sekian.
Semoga bermanfaat.
Photo Source : Google
As of June 15, 2022, this Goggles website now not helps Internet Explorer. Please use another browser for one of the best expertise on our website. Check out the total program info on the funding opportunity net web page. Seeks to assist the tens of millions of sufferers and families affected by cancer by funding the NCCN Guidelines for Patients.
ReplyDelete